Refleksi Kemerdekaan di Tengah Kebijakan Pemerintah yang Membingungkan - Klik Media 9

Breaking

Minggu, 17 Agustus 2025

Refleksi Kemerdekaan di Tengah Kebijakan Pemerintah yang Membingungkan


Tanggal 17 Agustus 2025 seharusnya menjadi momen bagi kita semua untuk mengenang dan merayakan arti kemerdekaan. Namun, dalam benak saya muncul pertanyaan: apa sebenarnya makna kemerdekaan hari ini? Sebab, belakangan ini bangsa kita tengah menghadapi berbagai persoalan yang cukup memprihatinkan, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang baru menjabat.


Banyak kebijakan yang menurut saya kurang berpihak kepada masyarakat. Salah satunya adalah aturan bahwa rekening bank yang tidak digunakan selama dua bulan akan disita negara, serta tanah yang dianggap “nganggur” juga akan ditarik negara. Kebijakan semacam ini menimbulkan keresahan, karena alih-alih melindungi rakyat, justru berpotensi memberatkan.


Selain itu, saya juga menyaksikan kabar yang cukup mengejutkan dari Kabupaten Pati pada 13 Agustus 2025, ketika pemerintah daerah menaikkan pajak PBB hingga 250%. Kebijakan ini langsung memicu aksi demonstrasi dari masyarakat. Sayangnya, aksi tersebut berakhir dengan tindakan represif: gas air mata ditembakkan bahkan sampai mengenai masjid, dan dua warga dilaporkan meninggal dunia. Apakah ini pantas dilakukan kepada rakyat yang hanya ingin menyuarakan aspirasinya?


Di sisi lain, muncul kabar bahwa gaji wakil rakyat mencapai Rp. 3 juta per hari. Angka ini tentu sangat kontras dengan kenyataan rakyat kecil yang berjuang keras mencari nafkah. Alih-alih menjadi representasi suara rakyat, sebagian wakil rakyat justru terlihat nyaman menikmati fasilitas tanpa memperhatikan kesulitan masyarakat yang memilih mereka.


Fenomena seperti ini menimbulkan rasa kecewa yang mendalam. Tidak heran jika beberapa waktu lalu masyarakat bahkan sempat mengibarkan bendera bajak laut One Piece, sebagai simbol bahwa negeri ini “sedang tidak baik-baik saja”.


Sebagai santri, saya pernah berbincang dengan teman di pondok. Kami sering diajarkan untuk hidup prihatin. Namun, dengan kondisi bangsa seperti sekarang, teman saya bergurau, “Untuk apa prihatin? Lahir di Indonesia saja sudah otomatis hidup prihatin.” Candaan ini mungkin terdengar ringan, tetapi menyimpan makna mendalam tentang kondisi bangsa yang sedang kita alami.


Indonesia memang sudah merdeka secara fisik, tetapi apakah rakyatnya benar-benar merasakan kemerdekaan? Pertanyaan ini layak kita renungkan bersama.

Penulis: ctr/apr

Editor: Tim Redaksi KlikMedia9 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar